
Utu Wigi Pito Wigi Menulis Dan Berbagi Pengobar Api Revolusi
![]() |
Judul | Utu Wigi Pito Wigi Menulis Dan Berbagi Pengobar Api Revolusi |
Penulis | Nason Pigai | |
Tahun Terbit | 2022 | |
Ukuran | 16×24 | |
Halaman | 594 | |
Penerbit | Lembaga Studi Meeologi & Kandil Semesta | |
ISBN | 978-602-18256-7-9 |
KATA PENGANTAR
Andreas Goo
(Dosen Antropologi Uncen, Peneliti, Penulis, Kepala Lembaga Studi Meeologi dan Tenaga Ahli MRP)
Bangsa Papua yang ADA di Tanah Papua mempunyai Sejarah Kebudayaan Papua yang sangat berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Sejarah Kebudayaan Bangsa Papua itu secara ekstrim didefiniskan oleh Barat sebagai “mitologi”. Konsep mitologi yang didefiniskan dalam kamus manapun merupakan Eropacentric Consept dan karena itu sangat berlawanan dengan hakikat Kebudayaan Bangsa Papua. Apa yang disebut oleh Barat sebagai mitologi (dan oleh Bangsa Papua disebutnya sebagai Sejarah Kebudayaan Papua) karena Barat telah berikhtiar dari awal sejarah kebudayaannya untuk membangun hegemoni kekuasaan Barat seantero bumi dan berjuang sedapat-dapatnya untuk menihilkan atau menegasikan kebudayaan lain yang ditemuinya. Kesepakatan pemahaman tentang hakikat Sejarah Kebudayaan Papua ini terjadi atas diskusi intensif tentang Antropologi Papua antara A. Andreas Goo dengan Ibrahim Peyon; Keduanya berperan sebagai dosen di Jurusan Antropologi Universitas Cenderawasih.
Fakta Bangsa Papua yang ADA membuktikan, bahwa Bangsa Papua menyimpan keseluruhan ilmu pengetahuan, pengalaman emperik atau non-empirik, temuan dan proyeksinya dalam Kamus Hidup yang disebut Cerita atau Komunikasi Lisan. Kelemahan dan keunggulan dari cerita atau komunikasi lisan tidak hendak diungkapkan disini, namun saya hendak memperjelas maksud saya.
Bahwa Sejarah Kebudayaan Papua yang dikonfrontasikan oleh Barat dengan pengertian “pra-sejarah dan sejarah” merupakan wadah untuk melegalisasi produk ilmu pengetahuan Barat kepada bangsa-bangsa didunia. Namun, perlu diakui juga, bahwa pemisahan pra-sejarah dan sejarah juga penting untuk memahami perbedaan babakan dalam Sejarah Kebudayaan Dunia.
Apabila Bangsa Papua mengikuti pola pikir Barat, maka titik awal sejarah adalah tahun 1855, namun sebelumnya, Bangsa Maluku sudah masuk lebih dahulu ke Papua, dan dalam catatan Bangsa Melayu, Majapahit menguasainya sampai Papua, tetapi pertanyaan yang muncul adalah kapan tepatnya? Apakah Bangsa Maluku atau Bangsa Melayu adalah bangsa yang melek aksara atau buta aksara? Belum ada kejelasan atau deskripsi mendetail tentang hal ini, kalau jawabannya ya dan ada, namun penjelasan sepihak yang ada tidak merupakan kepuasan Bangsa Papua. Oleh karena itu, kalau tahun 1855 bukan merupakan tonggak sejarah Bangsa Papua maka titik awal sejarahnya wajib ditarik dari garis sejarah kontak awal Bangsa Papua dan Bangsa Maluku pada Peristiwa Namatota yang terjadi dalam abad ke-14 atau dengan kerajaan Majapahit pada abad ke-13.
Terlepas dari polemik sebagaimana penjelasan diatas, saya ingin memosisikan diri dalam pola pikir Bangsa Papua, bahwa perspektif sejarah bagi Bangsa Papua telah dimulai sejak titik nol Penciptaan “Ugatamee” atas segala sesuatu sampai hari ini sebagai Sejarah Kebudayaan Papua yang diingat atau dilupakan oleh generasi Bangsa Papua.
Bangsa Papua yang memulai kontak dengan dunia luar (pada abad 13, 14, atau 1855) sampai sekarang, apakah sudah mulai menulis sejak itu sampai sekarang ?
Bangsa Papua sendiri mulai menulis. Tulisan para penulis pada masa awal kontak sampai masa penulis-penulis hebat Bangsa Papua sendiri, seperti Arnold Mampioper, J.R. Mansoben, Benny Giyai, Phil.Karl Erari, Andreas Yobee, dan Sofyan Yoman hingga generasi sekarang seperti Ibrahim Peyon, A.Andreas Goo, David Goo, Vitalis Goo, Fredy Meenago Yobee, Yakobus Dumupa dan lain-lainnya memperlihatkan suatu bentuk partisipasi yang elegan. Mereka semua menulis pada dua media yang terfokus, pertama media buku dan kedua media elektronik.
Tulisan dalam bentuk bunga rampai dari saudaraku Nason Bagobii Pigai ini merupakan kumpulan tulisan dari para Natizen dalam media elektronik atau media digital yang dikumpulkannya. Perspektif tulisan Nason Bagobii Pigai ini dalam perspektif Sejarah Kebudayaan Papua adalah sebagai berikut. Ketika sang pencerita bercerita, pendengar cerita akan merekam semua cerita dari sang pencerita. Hasil cerita yang cerap oleh pendengar akan diproduksinya dalam dua bentuk, yaitu Pertama,, sang pendengar akan bercerita kepada pihak lain tepat seperti apa yang diceritakan oleh sang pencerita pertama dan Kedua, sang pendengar akan bercerita kepada pihak lain apa yang ditangkapnya dalam bentuk “kebijaksanaan hidup”. Model pertama, pendengar berperan sebagai pencerita pada situasi lain dan model kedua, pendengar berperan sebagai guru hidup pada situasi atau konteks lain. Tulisan dari saudara Nason Bagobii Pigai ini mengikuti pola pertama dengan judul buku UTU WIGI PITO WIGI, MENULIS DAN BERBAGI “PENGOBAR API REVOLUSI”.
Penulis hendak mengumandangkan kepada pembaca, bahwa para penulis dalam media digital itu telah menulis bagi dirinya sendiri sebagai Bangsa Papua yang sedang terbunuh, terintimidasi, termarjinalkan, teralienasikan, dan terdekulturasikan oleh hegemoni negara itu, dipanggil oleh beberapa natizen untuk merefleksikan diri, berpikir ulang, dan membangun komitmen baru lewat tulisan, ceritera, dan dalam tindakan untuk mengerti, sadar, bangkit dan lawan (bertindak). Penulis hendak memperlihatkan, bahwa para pemilik status yang namanya sudah disebutkan itu, telah membagi “Terang Revolusi Papua”. Terang itu wajib menyala didalam diri, keluarga, klen, suku, agama, dan kultur Bangsa Papua; wajib menyala pada media digital, wajib menyala dalam Gerakan massa, wajib menyala juga dalam manajemen Free West Papua, dan wajib menyala pada semua bangsa didunia. Api yang satu dan sama, sebagaimana judulnya “Utu Wigi Pito Wigi” yang berada dalam Makeewaapa area telah menjadi simbol kehidupan Mee di Meeuwodidee.
Penulis hendak tegaskan, Bangsa Papua membangun Kultur Papua Baru dengan melawan sub kultur inferior, seperti miras, sex bebas, pemanjaan dengan makanan siap jadi, atau dininabobokan oleh “uang rupiah”. Sub-sub kultur itu dan yang lainnya telah menjadi “pagar tembok atau mental block” yang menghalangi “Utu Wigi Pito Wigi” menjadi terang Papua secara merata dan meluas agar berkobar-kobar terangnya dalam diri Bangsa Papua yang diamati oleh penulis buku selama satu dasawarsa (10 tahun), maka jalan yang wajib ditempuh adalah menaklukan budaya inferior yang membelenggu Bangsa Papua dan bangkit dan bergerak meraih terang Utu Wigi Pito Wigi sebagai motivator untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Papua Merdeka.
Penulis buku, saudara Nason Bagobii Pigai hendak memberitahu sebuah pesan penting, bahwa Mari Membangun Bangsa Papua Merdeka dengan Terang Revolusi, Utu Wigi Pito Wigi. Semoga catatan ini selaras dengan roh yang mengobarkan penulis untuk merevolusi Bangsa Papua sebagai Bangsa Cerdas, Bijaksana, dan Bertanggung jawab dalam Tindakan meraih cita-citanya “Free West Papua”. Sekian. ✍️
DAFTAR ISI
A. Status Nason Pigai
1. Pentingnya Berbagi Informasi Dan Pengetahuan Kemanusiaan Ke Ruang Publik—1
2. Daerah Otonomi Daerah Baru (Dob) Dogiyai Cenderung Membawa Petaka Daripada Berkat—5
3. Bida – Budayaku Kekuatanku—10
4. Makna Religius Dari Atribut Pakaian Adat Suku Mee—14
5. Pentingnya Proteksi Mahkota Allah Di Tanah Sorga—17
6. Menyimak Fenomena Kelaparan Dalam Konteks Budaya Papua—21
7. Anda Adalah Apa Yang Anda Makan—26
8. Natal Membawa Damai Sejahtra Atau Suka Dan Duka Diatas Tindisan Kemiskinan?—29
9. Banyak Orang Nikmati Hasil Karya Satu Orang—33
10. Misionaris Barat: Misi Penginjilan Dan Owaada Di Tanah Papua—37
11. Sepaket Panca Desakan Raga Bagi Eksisnya Manusia Di Planet Bumi—41
12. Ketika Makanan Jadi Alat Politik Anak Negeri Berguguran—45
13. Kebenaran Tersembunyi Tentang Kesehatan Orang Afrika—48
14. Kemiskinan Dan Kepemimpinan Di Afrika—51
15. Memahami Semangat, Jiwa, Roh Yang Membuat “Dogiyai Dou Enaa”—55
16. Ayah Menjadi Nohkoda Sejati Di Danau Paniyai—59
17. Stop Bicara Pakai Ayat Alkitab Ihwal Kepatuhan Kepada Pemerintah—63
18. Meeumau Engkau Mati Dini, Ayah Tak Rela Nyatanya Begitu—68
19. Berburuh Jejak Kakimu Di Lereng Gunung Pati Di Semarang Jawa Tengah—73
20. Misteri Pembunuhan Orang Asli Papua—82 21. Beberapa Tanggapan Terkait Kematian Dr. Neles Kebadabi Tebai—87
22. Mengenang 40 Malam Kepergian Dr. Benny Makewa Pigai—90
23. Bapa Drs. Philipus Bipai Degei “Selamat Datang Di Kampumg Permai Edegepo”—95
24. Pdt. Yeremia Zanambani Bukan Sebatang Kara—99
25. Status Dogiyai Daerah Merah Digenapi Dengan Kematian Gerry Goo—101
26. Mee Dobiyo, Makii Dobiyo Tidaa – Orang Papua Dan Tanah Papua Sedang Menjanda Dan Piatu—107
27. Indonesia Versus Papua Barat Laksana Main Tenis Meja—111
28. Orang Papua Harus Berburu Hak Kesulungan—114
29. Demi Perdamaian Abadi Orang Asli Papua Bayar Denda Pembunuhan—117
30. Indonesia Dukung Palestina. Vanuatu Dukung West Papua—119
31. Pengangguran Di Tanah Papua Menjadi Persoalan Serius Dan Abadi—122
32. Pupuguu – Iboo Dokoga (Angunan Picu Ombak Raksasa)—125
33. Tubo – Burung Garuda (Penghadir Sakit Hati, Air Mata Dan Duka)—127
34. Warning : Bagi Pejuang Misi Kemanusiaan Jagalah Pengaruhmu—129
35. Mari Rekonsiliasi Mewujud Penginjilan Jilid II Untuk Gereja Kingmi Di Tanah Papua “Berubah Untuk Menjadi Kuat”—133
36. Nasionalisme Papua Barat Versus Nasionalisme Indonesia—138
37. Dulu Kios Sekarang Semak—141
38. Dunia Ini Semakin Kaco—144
39. Fenomena “Seolah Yang Membunuh Dia Atau Mereka”—147
40. Dogiyai Dan Persoalan Keamanan Dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas)—150
41. Kasus Penguasaan Tanah Hak Milik (Disewah, Dibon, Dibom)—155
42. Muzibah Atau Tulah (Hukuman Tuhan)—157
43. Perkembangan Gereja, Persoalan Sosial Dan Layanan Sejati—160
44. Baa Peiyo (Tai Besar) Menjadi Pemicu Konflik Di Wedauma Paniyai Utara—164
45. Aku Tidak Sebatang Kara, Aku Lahir Dari 1000 Rahim Kasih—167
46. Nasionalisasi Agama Versus Kontekstualisasi Agama—169
47. 18 Negara Di Kawasan Pasifik Bernegara Kepulauan—171
48. Pentingnya Rekonsiliasi Atau Pemulihan Total Di Dogiyai—174
49. Membuat Kampung Rumah Demokrasi Yang Kokoh—178
50. Kita Musti Cerdas Memahami Potensi Konflik, Cipta Konflik Dan Konflik Horizontal—182
51. Pentingnya Agama, Budaya Dan Ilmu Pengetahuan—183
52. Setiap Hari Orang Papua Mati Dengan Multi Sebab Itu Tertanda Papua Dalam Keadaan Darurat—185
53. Dogiyai Negari Multi Subur Yang Harus Diproteksi Dan Dilestarikan—188
54. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Bukan Sebar Terror, Sebar Isu Dan Cipta Konflik—192
55. Operasi Nemangkawi Hanya Putar Lagu Lama Dalam Pita Kaset Yang Baru—196
56. Harkat Dan Martabat Papuan Harus Diproteksi Bukan Diobral Kepada Penjahat Kemanusiaan Demi Kacang Merah Sepiring—199
57. Alkohol Dan Formalin Membuat Orang Papua Lumpuh, Hancur Dan Punah—101
58. Keberadaan Gaji Per Bulan Dan Hak Lain Dari Aparatur Sipil Negara (Asn) Di Tanah Papua—105
59. Pemerintah Daerah, Militer Dan Tokoh Adat Telah Menipu Tuhan Di Altar Kudus Pada Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR)—108
60. Presiden Jokowi Tidak Hadir Di Sidang Umum PBB Dan Dampak Politik Luar Negeri Bagi Negara Indonesia—111
61. Sorotan Kinerja Pemerintah Indonesia (Intelijen) Ihwal Penanganan Isu Ham Di Tanah Papua—117
62. Kemenangan Diplomat Papua Barat Di Kancah Internasional—121
63. Analogi Babi Hutan Di Jerat—125
64. Lonceng Kemenangan Free West Papua Secara Resmi Sudah Bergema Di Majelis Umum Pbb Di New York Amerika—129
65. Mekanisme Pbb Ihwal Intervensi Pihak Ketiga Untuk Free West Papua—133
66. Sirnanya Kekuasaan Negara Indonesia Di Papua Barat Analogi Tali Dai Di Hutan—137
67. Menjadi Pemimpin Karena Takdir—140
68. Cerdas Manajemen Diri Untuk Rajin, Tekun Dan Ulet Kelola Hidup—144
69. Utu Wigi Pito Wigi (Pengobar Api Kemenangan)—148
70. Harus Yakin Dan Percaya Aku Adalah Musa Papua, Aku Adalah Yosua Papua—150
B. Status Victor Yeimo
1. Ban-Darah Theys H. Eluway!—155
2. Bekerja Dan Berbagi—159
3. Bukti Kejahatan Otonomi Khusus Indonesia–164
4. Desak Pbb Dalam Bayang Kepentingan Imperialis Dan Kolonialis—168
5. Doa Hati Kecil Papua Merdeka—170
6. Kesejahtraan Dalam Penjajahan Omong Kosong—173
7. Melawan Nasi-Onalisme Indonesia—177
8. Mogok Sipil Nasional Oleh Rakyat Untuk Rakyat—180
9. Mogok Sipil : Tahap Mobilisasi—185
10. Natal Dan Makna Revolusi—187
11. Pemekaran Itu Politik Kolonialisme—191
12. Persatuan Itu Rangkaian Strategi Dari Segala Perbedaan Dari Setiap Orang Dan Kelompok—199
13. Rasisme Terstruktur—209
14. West Papua Diserang Virus C3—213
15. Warning Buat Pegawai Negeri Indonesia
16. Selamat Pagi Bagi Gereja—217
17. Alasan Tuntutan Referendum Oleh Rakyat Papua Di Teritori West Papua—221
C. Status Made Supriatma
1. Apa Arti Rp 773.876.918,- Yang Dikembalikan Ke Lpdp Hari Ini ?—230
2. Kebangkitan Gerakan Anarkis—240
3. Rasisme Terhadap Bangsa Papua Itu Nyata–250
4. Timor Leste Adalah Negara Kecil Mereka Berani Karena Berani Merdeka—260
D. Status Ibrahim Peyon
1. Genosida Di West Papua 6 Juta Orang Papua Hilang—270
2. Orang Kulit Hitam Pioneer Peradaban Dan Penakluk Dunia—280
3. Dukungan Internasional Antara ULMWP Dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia—290
4. Honorary Freedom Of The City Of Oxfort Kepada Tuan Benny Wenda—300
5. Momentum Kemenangan Sudah Tiba
6. Visi West Papua Hijau (Green State Vision)—310
E. Status Awikaituma, Jr
1. Enam Point Penting Yang Belum Tuntas Di Papua Di Hari Masyarakat Adat Internasional 9 Agustus 2018—315
2. Miras; Bukan Soal Botol Tapi Factor Manusianya—321
3. Patung Yesus ! Di Mansinam Berdiri Kokoh, Tapi Di Jayapura Ditolak—330
4. Mengapa Semua Gadis Suku Mee, Sejak Belia Tahu Garis Kehidupan Masa Depannya—337
5. Hidup Basaudara Itu, Tidak Harus Sebangsa Dan Setanah Air—344
F. Status Socrates Sofyan Yoman
1. Umat Tuhan Di Tanah Papua Dibantai—354
2. West Papua Merupakan Wilayah Pasar Kekerasan Militer Dan Kepolisian Indonesia–364
3. Gereja Yang Sakit, Buta Dan Lumpuh Kepekaannya—374
4. Watak Meniru Yang Tidak Pernah Jadi Sama—384
5. Hukum Yomanisme Tentang Tanah Dan Nasib Orang Yang Menjual Tanah 2020—394
6. Kabar Gembira Dari Sekretaris Jendral PBB Mr. Antonio Gutteres Tentang West Papua—400
G. Status Andigo
1. Papua Sedang Berada Dalam Penjara Negara—405
2. Papua Tidak Sedang Dalam Keadaan Baik–410
3. Papua Binarilistik Di Negari Bangsa Papua–415
4. Mengubah Air Mata Menjadi Mata Air—421
5. Pendekatan Para Misionaris Eropa Yang Menginjili Yesus Kristus Di Tanah Papua—440
6. Pertanyaan-Pertanyaan Yang Tidak Dijawab Oleh Bangsa Papua—444
7. Kalah Atau Menang: Sikap Adalah Juru Kuncinya—449
8. Mesin Dan Manusia Di Jaman Milenium—455
9. Bangsa Papua: Dimensi Hakikatnya—460
H. Status Veronica Koman
1. Tentang Kolonialisme—467
2. Tanah Gadigal, 8 Oktober 2019—474
3. Indonesia Di Dewan HAM PBB—477
4. Pidato Singkat Saja Ketika Menerima Sir. Donald Wilson Human Right Award Dari Acfid—483
I. Status Natalius Pigai
1. Ini Kematian Tidak Wajar—484
2. Biarkan Memiliki Rakyat Besar Pada Jumat 11 Oktober 2019!—485
3. Biarkan Bagian Kita Untuk Mengakhiri Misery, Malu Dan Despair Orang-Orang Kami Telah Bertahan Selama 57 Tahun—486
4. Arnold Ap, Neles Tebai, Sendius Wonda, Banteng-Banteng Jenbekak—487
5. Mengapa Orang Papua Marah Sama Pendatang—488
6. Jangan Samakan Pejabat Di Wilayah Konflik Dan Daerah Lain—489
J. Status Kristian Griapon
1. Pembunuhan Orang Papua Didramatis, Terstruktur, Sistimatis Dan Masif—490
2. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Di Papua Barat Telah Membuka Tabir Permasalahan Konflik Papua-Indonesia Di Dunia Internasional—500
3. Beda Pendapat Jadi Dasar Perpecahan Dalam Tubuh Opm. Ringkasan Tinjauan Sejarah Opm—511
4. Kepemimpinan Benny Wenda Diantara Provokatif Dan Sentiment Serta Gagal Paham—521
5. Isu Global Dekolonisasi – Peta Dunia 1945 Hingga Saat Ini Dan Peluang Dekolonisasi West Papua—533
6. Wilayah New Guinea Mandate Liga BangsaBangsa Yang Menjadi Daerah Perwalian Australia Di Pasifik Selatan—544
7. Perjanjian Kemitraan Acp –Ue 23 Juni 2000 Memberi Ruang Bagi Vanuatu Untuk Memperjuangkan Hak Penentuan Nasib Sendiri Rakyat Papua Barat—555
8. Resolusi Acp Menjadi Mimpi Buruk Indonesia Konflik Papua Barat Kedepan—566
9. Masalah Papua Barat Telah Melewati Prosedur Dewan Ham Pbb Masuk Agenda Majelis Umum Pbb, Resolusi Pif Tuvalu 2019, Resolusi Acp Nairobi 2019 Dan Keputusan Brusel 202—577
10. Rekomendasi Majelis Umum Pbb 2504 Bisa Dicabut Sesuai Tata Cara PBB—588
11. Resolusi Tuvalu 2019: Mendorong Penyelesaian Konflik Papua Barat Melalui Dua Bentuk Metode Penyelesaian “Penegakan Hukum Dan Demokrasi”—590
K. Status Yakobus Odiyaipai Dumupa
1. Menjadi Pegawai Asn Dan Kekhawatiran “Menjadi Pengemis Diatas Tanah Sendiri”—502
2. Cinta Itu Dasyat—504
3. Saya, A. P Youw Dan Kritik—506
4. Surat Terbuka Mengenai Rencana Penggunaan Mahkota Burung Cenderawasih Dalam Pelaksanaan PON XX Papua—508
5. Surat Terbuka Terkait Uskup Orang Asli Papua Di Tanah Papua—512
L. Status Minggus Pigai
1. Arnold Clemens Ap, Engkaulah Pembongkar Tradisi Palsu Sejarah—513
2. Surya Duka Papua—514
3. Tetaplah Engkau Papuaku—515
4. Neraka Istana Hedonis—516
5. Kota Injil Adalah Dasar Perubahan—517
M. Status Natizen Lain
1. Alex Giyai, Nduga Yang Tak Terduga—518
2. Barnabas Suebu, Fenomena Yang Tercipta Di Tanah Papua Kebingungan, Kekhawatiran Dan Ketidakpastian—519
3. Benny Giay, Indonesia Yang Sedang Gangguan Jiwa Rasisme Dan ManusiaManusia Serigala Yang Sedang Berkuasa Di Tanah Ini Dan Iman Kita—520
4. Bris Bram Wally, Sagu Berindentik Kristus—521
5. Daniel Indra Kusuma, Nelson Mandela Pejuang Kemerdekaan Afrika Selatan—522
6. David R. Supid, Waspada Fenomena Zaman Now—523
7. Engelbertus P. Degey, Auki Tekege: Pembawa Terang Bagi Masyarakat Koteka—524
8. Ependy Prasetyo, Berani Berfikir Sendiri… Dan Setelahnya !—525
9. Enano Enano, Aneh, Anak-Anak Sekolah Masa Kini—526
10. Franzisca Tekege, Cina Sia-Sia Bangun Tembok Raksasa—527
11. Franzisca Tekege, Harga Seorang Istri—528
12. Honny, Jr, Vanuatu Dukung Papua Merdeka Berkat Andy Ayamiseba—529
13. Ibiroma Wamla, Papua Penuh Dengan Simbol, Totem—530
14. Javiera Rosa, Kedaulatan Pangan Bagi Jiwa Raga—531
15. Jhon Gluba Gebze, Pentingnya Harkat Dan Martabat Orang Papua Eksis Di Negerinya–532
16. Jonathan Tjoe, Setelah Theys Eluway Ulmwp Persatuan Tidak Dapat Dengan Mudah. Peliharalah !—533
17. Julian Haganah Howay, Sedih Betul Papua Sedang Mengikuti Gejala Indian Dan Aborigin—534
18. Lagowan Charson, Analisis Misteri Kematian Pater Dr. Neles Kebadabi Tebai, Projo—535
19. Lagowan Charson, Pastor Neles Kebadabi Tebai, Calon Uskup Kuat Itu Telah Pergi : Sudah Waktunya Orang Asli Pimpin Keuskupan Jayapura—536
20. Lenny Makai, Tak Ada Wanita Yang BercitaCita Menjadi Janda—537
21. Marinus Yaung, Tuduhan Keamanan Indonesia Terhadap Para Misionaris Sebagai Simpatisan Dan Pendukung OPM—538
22. Marten Goo, Kau Kata… Aku Monyet—539
23. Muhammad Al Fayyadi, Sedikit Tentang Kaum Muda Anarko—540
24. Noakh Nawipa, Karel Gobai Dan Kepemimpinannya Dalam Masa Pepera—541
25. Philemon Keiya, Wejangan Almarhum Bob Sadino (1933-2015) —542
26. Ratu Mien, Lonceng Kematian Pendidikan Di Meeuwo Sudah Mulai Berdering—543
27. Samuel Pakage, Pemekaran Provinsi Papua Dipaksa Jakarta Dan Bertentangan Dengan Amanat Konstitusi (Uu Otsus Papua) —544
28. Surya Anta, Apakah Nkri Itu Harga Mati? –545
29. Theys Hiyo Eluway, Waktu Belanda Jajah Kami, Tidak Pernah Tembak Orang Papua Di Muka Umum—546
30. Tian Dj, Goresan Penderitaan Dari Suasana Yang Berbeda—547
31. Willy Sard, Jangan Terlena “Kau Papua”, Bangsamu Sedang Mati—548
32. Lasarus Gabriel Shiyova, Tahapan Cara Afrika Hilang Semuanya—549
33. Wyn Sargent, Pernikahan Saya Dengan Obahorok—550
34. Septinus George Saa, 5 Pebruari Itu Hari Berkabung Bangsa Papua Yang Menyerahkan Dirinya Untuk Terus Dijajah Atas Nama Injil—551
35. Felix Degei, Kepercayaan Membatasi Pemahaman—552
36. Honny Pigai, Mengapa Orang Tetap Merasa Benar Walaupun Sejatinya Salah? —553
37. Beny Dakida Pakage, Di Dunia Ini Hanya Ada Dua Kategori Orang Bodoh—554
38. Yosua Dou, Pikiran Kecil Membicarakan Orang, Pikiran Sedang Membicarakan Peristiwa, Pikiran Besar Membicarakan Gagasan—555
39. Andreas Harsono, Belajar Dari Filep Karma Pelanggaran Hak Asasi Manusia (Ham) Oleh Negara Indonesia—556
40. Syahfridhani, Menulis Dan Berorasilah! —560
Leave a Reply