
Potret Perempuan Mee Dahulu Dan Sekarang
![]() |
Judul | Potret Perempuan Mee Dahulu Dan Sekarang |
Penulis | Maria Goo | |
Tahun Terbit | 2022 | |
Ukuran | 14×21 | |
Halaman | xiv+168 | |
Penerbit | Lembaga Studi Meeologi & Kandil Semesta | |
ISBN | 978-602-18256-6-8-6 |
Kata Pengantar
- Andreas Goo[1]
Menurut hakikat Kultur Mee, perempuan adalah manusia kontemplatif tulen yang hampir susah ditandingi oleh seorang LakiLaki Mee. Laki-laki Mee dalam peran sebagai seorang manusia yang diposisikan sebagai pemimpin keluarga dalam rata-rata kehidupan Kultur Mee, mempunyai suatu ciri yang disebut yuwitou epi (pendengar sejati) terhadap setiap kata dan makna kata yang diungkapkan oleh istrinya atau anak-anaknya. Keluarga Mee lestari karena ciri ini. Ciri ini tidak berbasis pada nilai patriarkhi, justru sebaliknya, basis nilai itu terletak pada kekontemplatifitas sang istri, sang Perempuan Mee.
Apabila pada masa millennium ini ADA perempuan Mee menjadi penulis, maka tantangan bagi laki-laki Mee adalah dipanggil dan ditantang oleh Perempuan Mee agar LakiLaki Mee mempunyai keyakinan, bahwa Ia berkewajiban untuk menjadi smarth reader (pembaca cerdas) atau wisdom reader of Mee Woman (pembaca kebijaksanaan Perempuan Mee). Kondisi ini sebagai bentuk transformasi dari Perempuan Kontemplatif Mee yang sudah berakar sebagai sub kultur Orang Mee.
Bagi seorang laki-laki Mee, kata-kata yang keluar dari mulut perempuan tertentu atau suara perempuan tertentu merupakan batu pijakan untuk dimaknai dan ditafisrkan atau diproyeksikan, apa sesungguhnya, dirinya, keluarganya, lineagenya, klennya, sukunya atau Bangsa Papuanya. Sebab suara perempuan dalam Kultur Mee adalah Suara Kebijaksanaan (the wisdom voice). Demikianlah deskripsi awal atas buku yang ditulis oleh Goo Maria Mabii (lafal menurut tata Bahasa Mee) atau Maria Mabii Goo (lafal menurut tata Bahasa Indonesia/Barat).
Tulisan ini menggambarkan hakikat Perempuan Mee, dunia Perempuan Mee, dan orientasi Perempuan Mee yang dihayati, digumuli, dan dijalaninya sejak Ia mengenal dunia ini sampai sekarang. Ia menggambarkan dunia Perempuan Mee masa lalu dan masa sekarang. Didalam dunia perempuan itu terdapat banyak hal, masalah, hambatan, tantangan, harapan, cita-cita, dan konflik yang tak berkesudahan atau Perempuan Mee menghadapi masalah Perempuan Mee sepanjang masa, karena Orang Mee berkeyakinan, bahwa selama ada manusia, segalanya tentang manusia itu sangat manusiawi (Mee Totaida Ko, Mee Doba Kaa Tota Dimi-Mana Kou Ko Tou Too).
Dalam buku ini, penulis menjelaskan mengenai Status dunia yang ditemui dan dihadapi oleh Perempuan Mee pada masa lalu dan masa sekarang, tentu, ada yang sama dan ada yang berbeda, tergantung pada kehidupannya terjadi pada masa lalu Perempuan Mee atau masa sekarangnya Perempuan Mee.
Selain Perempuan Mee berhadapan dengan dirinya sendiri, Perempuan Mee juga berhadapan dengan Laki-Laki Mee serta manusia dari beraneka suku dan bangsa di dunia. Oleh karena itu, Maria Goo menjelaskan, bahwa ceritera telah menjadi media pembelajaran bagi Orang Mee, dimana sub kultur ini, memegang peran penting untuk mensosialisasikan hakikat kemanusiaan Manusia Mee dan berperan sebagai pembimbing dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang Mee. Ditekanan lebih lanjut, bahwa Perempuan Mee yang mempunyai dimi, menjalani hidup di dunia ini untuk mengemban berbagai peran sebagai manusia dan sebagai Perempuan Mee.
Dijelaskan lebih lanjut, bahwa menurut jalan pikiran atau logika Orang Mee, Perempuan Mee bukan merupakan subordinat dari seorang laki-laki karena Perempuan Mee oleh Laki-laki Mee diposisikan sebagai seorang manusia (Mee Yagamoo) yang berbeda kodratnya dengan sang laki-laki. Penulis telah menjelaskan hal ini, pertanyaan selanjutnya adalah: “mengapa sekarang Perempuan Mee memandang dirinya diposisikan sebagai subordinat terhadap laki-laki?”. Jawabannya adalah setelah masuknya Bangsa Eropa dan Bangsa Melayu di Meeuwodidee (Wilayah Adat Mee) telah berjasa mendidik Manusia Mee untuk berpikir dengan jalan pikiran atau logika Eropa atau Melayu. Disinilah letak perbedaan hakikat Perempuan Mee yang asali dan yang mengalami perubahan. Dalam konteks inilah Maria Goo mendeskripsikan dimensi Perempuan Mee dalam tulisan ini. Semoga, tulisan ini dapat dimanfaatkan untuk dibaca, dimaknai, dan diberi tafsiran untuk membangun Manusia Mee sejati (Maakodo
Mee). Salam. Numbay, Rabu, 20 Oktober 2021.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEREMPUAN MEE DAHULU
A. SUKU MEE SEBAGAI MEE
B. PEREMPUAN MEE BAGIAN DARI SUKU MEE
- POSISI PEREMPUAN MEE
- NILAI PEREMPUAN MEE
C. PEREMPUAN MEE SEBAGAI PENDIDIK
-
- PEREMPUAN MEE MASA ANAK
- PEREMPUAN MEE MASA REMAJA DAN GADIS
D. PEREMPUAN MEE DALAM KELUARGA
-
- MAMA BAGI ANAK-ANAK
- TEMAN ATAU PENDAMPING SUAMI
- ANGGOTA KELUARGA BARU DALAM KELUARGA BESAR SUAMI
- ANGGOTA MASYARAKAT BARU
BAB III PEREMPUAN MEE DAN PENGARUH LUAR
A. PEREMPUAN MEE ZAMAN MISI KATHOLIK DAN ZENDING
B. PEREMPUAN MEE AGEN PERUBAHAN KAMPUNG
C. PEREMPUAN MEE DI MASA TRANSISI
D. PEREMPUAN MEE DI MASA INDONESIA (1969- 1980)
BAB IV PEREMPUAN MEE SEKARANG
A. PEREMPUAN MEE DAN PENDIDIKAN
B. PEREMPUAN MEE DENGAN EKONOMI
C. PEREMPUAN MEE DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL
BAB V PEREMPUAN MEE DAN TUNGKU API KELUARGA
A. MAKNA PEREMPUAN MEE
-
- MAKNA ANAK PEREMPUAN MEE
- MAKNA MAMA MEE
B. TUNTUTAN GERAKAN TUNGKU API KELUARGA
- KEMBALI KE BUDAYA
- MEMBANGKITKAN JATI DIRI PEREMPUAN MEE
C. PANDANGAN UMUM TOKOH GEREJA DAN LAKI-LAKI MEE
- PANDANGAN TOKOH GEREJA
- PANDANGAN LAKI-LAKI MEE
[1] Adalah Dosen Antropologi Uncen, Peneliti, dan Penulis Buku yang tinggal di Numbay-West Papua.
Leave a Reply