
Kamus Antropologi
![]() |
Judul | Kamus Antropologi |
Penulis | Andreas Goo | |
Tahun Terbit | 2012 | |
Ukuran | 13×20 | |
Halaman | Xii+304 | |
Penerbit | Lembaga Studi Meeologi | |
ISBN | 978-602-18256-6-0-0 |
Pengantar
Adalah tanggung jawab moral untuk bersyukur, memuji dan memuliakan kekudusan nama ALLAH yang mengaruniakan inspirasi untuk menyusun Kamus Antropologi ini. Inspirasi Iahir karena berpengalaman belajar tanpa kamus antropologi karangan ahli tertentu selama menjadi mahasiswa. Kondisi itulah yang membimbing ke upaya menggumpulkan berbagai konsep atau istilah dasar antropologi selama lima belas tahun. Upaya ini diperlukan untuk memperjelas pemikiran-pemikiran antropologi agar dipahami oleh orang lain, melahirkan perubahan kearah pengembangan ilmunya melalui “concepts game/permainan konsep-konsep”, mencipta iklim nilai-nilai ilmiah yang berkembang dalam ranah antropologi, dan menjadikan bahan diskursus yang sejajar mengenai kebenaran ilmu dan batasan ranah antropologi.
Sebab itulah muncul gagasan kreatif untuk ikut serta dalam menyumbang setetes kebenaran ilmu dalam lautan ilmu antropologi yang luas dengan bertumpu pada nasehat sang motivator eleganku, Drs,Philipus Bipai Degei [19951, bahwa “selain semua teori yang disampaikan oleh dosen, sesungguhnya sari ilmu pengetahuan terdapat didalam kamus”. Nasehat tersebutlah yang menjadi juru kunci terbitnya buku ini. Kiranya “Kamus Antropologi” ini mengobati luka batin mahasiswa antropologi di Tanah Papua juga di Indonesia — kbususnya bagi yang selalu belajar tanpa Katnus Antropologi.
Dewasa ini, antropologi telah dan sedang bertumbuh secara pesat, Pertumbuhan istilah antropologi yang pesat Ivanya bisa terjadi karena hasil penelitian dan rumbuhnya minat yang begitu kuat terhadap antropologi. Natnun ada jtlga cara pengembangan antropologi dengan jalan lain. yaitu melalui perdebatan terhadap perbedaan pendapat diantara para ahli antropologi dalam proses penggunaan istilah tertentu. Misalnya, istilah big man yang adalah kharakteristik daerah kebudayaan Melanesia atau Pacifik. Sebeltllli big tnan (literima scbagai sebuah konsep antropologi yang baku, rnaka terjadi persaingan penggunaan istilah-istilah berikut: manager, headnoan, centcrrnan, magnate, director/exectltive, dan strongman serta big man. Persaingan seperti diatas Inerupakan cara pengem bangan an tropologi yang lebih dinamis dan konsisten terhadap istilah yang berbeda namun maksud pemaknaan dan tujuan penjabaran pengertian yang bersifat sama.
Ada pun cara mengembangkan ilmtl antropologi dengan cara kebalikan, yaitu berdasarkan sumber istilah atau konsep yang sama, namun akan muncul bcgitu banyak pengertian atau definisi yang sungguh-sungguh saling berbeda atau berkemiripan rnakna. Misalnya, konsep kebudayaan. Dalam kamus ini, segala perbedaan dan kemiripan pendefinisian dan pemaknaan terhadap konscp tertentu dibiarkan berbicara sendiri agar para pembaca meramunya (merekonstruksi makna dan mengembangkannya) menurut pola atatl cara padangnya. Dengan ittl jel,ms bahwa, penyustlll tidak membuat definisi, tetapi rnenyerahkan tugas itu kcpada pembaca. Dimana pembaca akan satupai pada situasi konsensus pengertian, tetapi juga situasi chaos pengertian sebagaimana yang diperlihatkan oleh ahli-ahli antropologi dewasa ini. Tantangan seperti ini bermanfaat untuk mengajtllcan pertanyaan-pertanyaan bartl dan akan ada Riat baru ttntuk mempertanyakan apa yang sudah ada untuk scbuah tujuan mulia, yaitu tncngenlbangkan antropologi sebagai sebual) ilmu yang bermanfaat bagi kebaikan titnat manusia. Perlu diakui, bahwa isi kamus ini tidak murni memuat konsep ilmiah antropologi. Mengapa begitu? Karena berdasarkan isi kamus ini dapat dikctahui tiga klasifikasi konsep ilmiah yang ada, yaitu: pertama, kosep inti ilmiah antropologi, bersifat glosari dari cabang antropologi tertentu; kedua, konsep-konsep strategis, artinya, dalam semua cabang ilmu antropologi sejumlah konsep selalu digunakan — secara bebas tanpa mempersoalkan asal-usul cabang antropologi yang mana- sehingga dianggap strategis; ketiga, konsep ilmiah yang bersifat multidisipliner khususnya dari ilmu sosial lain yang juga digunakan dalam ilmu antropologi, yang dimuat demi kepentingan penjelasan, tetapi memang sering digunakan dalam komunikasi ilmiah antropologi dan juga komunikasi dari dan dengan ilmu sosial lain. Sebab itu, segala kelemahan disana-sini dalam proses sistematisasinya merupakan tanggung jawab penuh penyusun.
Harapan saya adalah manfaat ganda dapat dipetik dari upaya ini, bagi kebaikan manusia universal di Bumi Kita yang satu dan sama ini. Atas segala bantuan dan kerja sama yang baik dari semua pihak diucapkan terima kasih. Semoga. Tanah Papua, 07 April 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Persembahan …………………………………………..
Ucapan Terima Kasih ……………………………….
Pengantar ………………………………………………….
Akronim Dalam Kamus Antropologi ………….
Daftar Isi …………………………………………………..
A……………………………………………………………..1
B………………………………………………………………26
C………………………………………………………………36
D…………………………………………………………….45
E……………………………………………………………57
F………………………………………………………………67
G…………………………………………………………….78
H…………………………………………………………….84
I………………………………………………………………94
J……………………………………………………………..104
K……………………………………………………………..106
L………………………………………………………………134
M…………………………………………………………….142
N……………………………………………………………170
O……………………………………………………………177
P……………………………………………………………….183
Q……………………………………………………………….219
R…………………………………………………………….220
S………………………………………………………………..231
T………………………………………………………………265
U………………………………………………………..282
V……………………………………………………………….286
W………………………………………………………………290
X……………………………………………………………….292
Y……………………………………………………………….293
Z………………………………………………………………295
BIBLIOGRAFI…………………………………………….301
Leave a Reply